Amerika Serikat (AS) kini menunjukkan kekhawatiran mendalam terhadap pesatnya perkembangan teknologi finansial (fintech) di Indonesia. Salah satu yang paling mencolok adalah QRIS Indonesia dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang dianggap lebih efisien dan canggih dibandingkan dengan sistem pembayaran internasional seperti Mastercard dan Visa. Keberhasilan QRIS dalam memproses jutaan transaksi per hari dengan biaya yang jauh lebih rendah memunculkan kekhawatiran di pihak AS, yang memandangnya sebagai ancaman bagi hegemoni fihttps://en.wikipedia.org/wiki/QRISnansial dan bisnis perbankan mereka.
QRIS Indonesia dan GPN tidak hanya menjadi kebanggaan domestik, tetapi juga sumber kekhawatiran bagi perusahaan global Mastercard dan Visa. Proyeksi nilai transaksi QRIS yang mencapai Rp1.000 triliun adalah bukti nyata bahwa sistem ini semakin menjauhkan dominasi Visa dan Mastercard. QRIS Indonesia menghilangkan kebutuhan kartu fisik, memberikan kemudahan transaksi, dan menurunkan biaya yang jauh lebih rendah, menjadi tantangan langsung bagi model bisnis kartu kredit yang mengandalkan biaya transaksi tinggi.
Keuntungan QRIS adalah biaya yang sangat efisien, dengan Merchant Discount Rate (MDR) hanya 0,3%, jauh lebih rendah dibandingkan Visa dan Mastercard yang mengenakan biaya 2 hingga 3%. Ini menunjukkan potensi kerugian yang sangat besar bagi perusahaan-perusahaan global tersebut, yang selama ini mengandalkan biaya transaksi sebagai sumber pendapatan utama.
Namun, QRIS tidak hanya soal keuntungan finansial. Sistem pembayaran ini juga melindungi kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan data transaksi yang sangat berharga, Indonesia memiliki kontrol lebih besar atas data finansial yang dapat dimanfaatkan untuk merencanakan kebijakan ekonomi yang lebih tepat. Hal ini berbeda dengan sistem pembayaran Visa atau Mastercard, yang memiliki potensi untuk mengakses dan memanfaatkan data transaksi Indonesia untuk keuntungan mereka.
Ketegangan antara Indonesia dan AS semakin memuncak, terutama dengan munculnya dokumen yang diklaim sebagai tuntutan Presiden AS terkait sistem pembayaran di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa QRIS dan GPN merupakan elemen yang sangat diperhitungkan dalam negosiasi ekonomi yang lebih luas.
Proyeksi nilai transaksi QRIS di Indonesia yang mencapai Rp1.000 triliun tahun ini menunjukkan betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh sistem ini. Dengan biaya transaksi yang sangat rendah dibandingkan dengan Visa dan Mastercard, QRIS berpotensi mengubah lanskap sistem pembayaran global.
Penting untuk dipahami bahwa QRIS Indonesia bukan hanya sistem lokal. QRIS memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan lebih murah, membuka peluang besar bagi UMKM yang selama ini kurang terjangkau oleh sistem perbankan tradisional.
BACA JUGA: Apa itu QRIS
QRIS dan GPN:
Sistem pembayaran yang terus berkembang di Indonesia, seperti QRIS dan GPN, tidak hanya menjadi kebanggaan domestik, tetapi juga sumber kekhawatiran bagi perusahaan global Mastercard dan Visa. Proyeksi nilai transaksi QRIS yang mencapai Rp1.000 triliun adalah bukti nyata bahwa sistem ini semakin menjauhkan dominasi Visa dan Mastercard. QRIS Indonesia menghilangkan kebutuhan kartu fisik, memberikan kemudahan transaksi, dan menurunkan biaya yang jauh lebih rendah, menjadi tantangan langsung bagi model bisnis kartu kredit yang mengandalkan biaya transaksi tinggi.
Keuntungan QRIS adalah biaya yang sangat efisien, dengan Merchant Discount Rate (MDR) hanya 0,3%, jauh lebih rendah dibandingkan Visa dan Mastercard yang mengenakan biaya 2 hingga 3%.
Mengapa QRIS Indonesia Jadi Ancaman Bagi Perusahaan Pembayaran Global?
Jika QRIS diserahkan ke tangan asing, maka data transaksi yang dihasilkan, akan berada di bawah kendali negara asing. Dengan kontrol atas data ini, negara lain dapat memengaruhi keputusan ekonomi Indonesia, yang tentunya bertentangan dengan kedaulatan ekonomi nasional.
Bagaimana QRIS Memengaruhi Ekonomi Indonesia dan Global
Pemerintah Indonesia perlu mempertahankan kebijakan yang mendukung QRIS dan GPN dengan bijaksana. Ini bukan hanya soal uang, melainkan tentang kedaulatan ekonomi dan data yang tidak boleh jatuh ke tangan negara adidaya. Solusi terbaik adalah dengan mengintegrasikan sistem pembayaran internasional, seperti Visa atau Mastercard, dalam ekosistem QRIS.